Kamis, 11 November 2010

Hari Pahlawan " Mahasiswa Hebat adalah Mahasiswa Yang Mengenang Jasa Pahlawan "


Dalam kehidupan ini, kita harus selalu mengenang jasa pahlawan karena tanpa beliau, maka indonesia tidak ada, karena berkat beliau lah bangsa indonesia sebagai bangsa yang besar dan ditakuti. tapi sekarnag hal ini sudah mulai pudar. Setiap adanya peringatan Hari Pahlawan banyak yang tidak akan tahu dengan hari Pahlawan, baik ini dikalangan mahasiswa sendiri. Wahai para mahasiswa dimanakah engkau..... hanya segelintir mahasiswa yang mengadakan aksi mengenang jasa pahlawan. Ini kah mahasiswa yang mengenang pahlawan ku....

Seiringnya pengaruh... pengaruh yang dilakukan kelompok tertentu membuat mahasiswa kita takut untuk melakukan aksi. Disertai pemimpin yang mencari sensasi seolah-olah kursi pemerintahan adalah panggung artis yang mencari poularitas. suara yang dikeluarkan wakil rakyat sebagai penyalur suara rakyat pun hanya tinggal kenangan. Saatnya mahasiswa bertindak karena mahasiswa hebat lah mahasiswa yang menegnang jasa pahlawan
wahai mahasiswa abdikan lah dirimu untuk bangsa, seperti pahlawan kita yang tanpa lelah dalam berjuang. Bukan mengekslusifkan para pahlawan, namun disetiap negara, disetiap bangsa dimanapun dibelahan bumi ini, sakralisme, sanjung,puja dan puji seakan terdengar merdu, memanggil jasa-jasa yang telah diberikan mereka yang disebut pahlawan. Namun dibalik itu tidak ada yang peduli akan kemana nasib dan masa depan setelah menjadi pahlawan termasuk juga akan keluarganya.

Memang, sebagian mereka tidaklah sulit kehidupannya, walau banyak yang merasakan penderitaan kerasnya hidup sekarang ini. Banyak memang sekarang ini yang mendapat gelar pahlawan, dan mendapat tempat terhormat. Namun, tidakkah kita ingat, mereka yang berperang dalam artian sesungguhnya perang melawan musuh yang dalam artian perang memerdekakan tanah air yang kita huni ini sesungguhnya.

Kehidupan sekarang memang keras dan jauh berbeda, seperti pada era-era kemerderkaan. Tapi, apakah setelah mendapatkan peti jati berukir dan tertutup rapat, dengan diringi pengawalan dijalan, sirene bersautan, tembakan salvo, dan rangkaian bunga ditambah penghormatan militer, sudah cukupkah perhatian kita kepada mereka. Apakah harus tidak peduli lagi dengan yang ditinggalkan?, bahkan sekedar fasilitas kecil bagi kehidupan yang layak untuk para generasi penerus pahlawan ini, juga tidak dibolehkan?.

Betapa banyak contoh kehidupan pilu mereka yang disebut pahlawan, dari kehidupan jauh dibawah garis miskin, bahkan disebut miskinpun tidak pantas, karena sudah terlalu jauh dan sulitnya hidup, atau banyak keluarga Pahlawan yang merana, setelah Sang Pahlawan pergi kealam nirwana. Memang tidak semua orang akan meresapi akan makna pahlawan. Jangan berharap Bintang dan Piagam penghargaan kenegaraan dapat membantu kehidupan, jangan berharap predikat “hero” akan menjadikan mulusnya kehidupan.

Seandainya jaman dapat diputar kembali, tentunya mereka ingin bernostalgia kembali kejaman mereka berjuang dahulu, walau sulit, namun semangat persatuan,kesatuan dan kebersamaan serta tolong menolong merekat kuat. Walau jaman memang sudah berubah, namun sulit dipercaya, jasa pahlawan tidak lagi dihargai,.Lalu, sebenarnya dimana penjajah dan musuh itu sesungguhnya?

Senin, 08 November 2010

Peringatan Sumpah Pemuda


Dalam sejarah nasional pemuda Indonesia mempunyai peranan yang sangat signifikan; dan bukan kebetulan jika usia mereka pada umumnya di bawah 30 tahun. Dengan arti kata bahwa Pemuda adalah sebagai motor penggerak dalam menjelang roda kemerdekaan itu datang Sekalipun inspirator pembentukan Budi Utomo (BU) yang menjadi sebagai manifesto kebangkitan nasional kita, yaitu dr. Wahidin Soedirohoesodo berusia 51 tahun, tetapi dua orang mudalah yang membuat BU terbentuk dan berkembang. Keduanya itu adalah Tjipto Mangunkusumo berumur 23 tahun dan Radjiman berusia 29 tahun, Ini lah awalnya pemuda mulai bergerak kedepan demi bangsa Indonesia. Hal senada diungkapkan oleh Iwa Kusumasumantri, mantan anggota dan pengurus Perhimpunan Indonesia. Iwa Kusumasumantri (1963 : 45) menulis : “…lahirlah untuk pertama kalinja pergerakan pemuda dengan nama ‘Tri Koro Dharmo’ pada tanggal 15 Maret 1915.” Keberadaan Tri Koro Dharmo sebagai organisasi pemuda pertama juga dibenarkan oleh A. K. Pringgodigdo (1990 : 24), Surjomihardjo (1979 : 55), Nugroho Notosusanto (1990 : 190. Hasil monumental dari pergerakan pemuda tahun 1920-an adalah Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda merupakan sumpah setia hasil rumusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia atau dikenal dengan Kongres Pemuda II, dibacakan pada 28 Oktober 1928. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai "Hari Sumpah Pemuda

Hari Sumpah Pemuda, yang setiap tahun kita rayakan pada tanggal 28 Oktober, adalah hari yang keramat bagi bangsa Indonesia. Namun, sayangnya, selama 32 tahun Orde Baru peringatan hari yang amat penting ini, terasa sudah kehilangan “api”-nya atau jiwanya yang revolusioner. Padahal, Sumpah Pemuda adalah salah satu di antara berbagai landasan utama bagi kebangkitan nasional kita, dan merupakan semen yang mempersatukan bangsa dan negara kita. Seperti halnya Hari Pahlawan 10 November, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, Sumpah Pemuda adalah pegangan penting bagi kita semua. Sekarang, sesudah Orde Baru membikin kerusakan-kerusakan yang begitu parah dalam kehidupan bangsa di bidang politik dan moral, maka lebih-lebih terasa lagi betapa pentingnya untuk mengingat kembali arti Sumpah Pemuda. Kita semua perlu berusaha bersama-sama meghidupkan kembali “api” Sumpah Pemuda. Semangat perjuangan HOS Tjokroaminoto, H. Agus Salim yang disalurkan lewat Sarekat Islam dan Muhammadiyah, patut dikenang terus. Demikian juga semangat Amir Syarifuddin, yang sebagai orang Kristen dan komunis telah menggunakan GAPI (Gabungan Politik Indonesia) untuk meneruskan perjuangan melawan Belanda (dan kemudian melawan Jepang lewat gerakan di bawah-tanah).

Dalam merenungkan kembali arti penting Sumpah Pemuda, mungkin perlu kita pertanyakan apakah Sumpah Pemuda benar-benar telah dihayati oleh Orde Baru beserta para pendukungnya? Memang, selama Orde Baru ada juga upacara-upacara peringatan. Namun, kebanyakan hanyalah bersifat ritual dan rutine yang tidak ada “api”-nya lagi. Seperti halnya Pancasila, Orde Baru beserta para pendukungnya telah mencabut roh Pancasila yang sebenarnya, atau melecehkannya sehingga menjadi barang busuk. Orde Baru telah memalsu dan menghina Pancasila, dengan membunuh jiwa perjuangan revolusioner Bung Karno. Para pendukung Orde Baru telah memperlacurkan Pancasila, atau, telah memalsukannya selama puluhan tahun. Jelaslah kiranya, bahwa Pancasila tidak bisa dihayati secara penuh dan murni kalau mengkhianati Bung Karno, penciptanya. Dan, justru inilah yang telah dilakukan oleh para pendukung Orde Baru Ketkika dalam roda pemerintahannya selama kurang lebih 32 tahun lamanya meghina pancasila beserta arti sumpah pemuda sendiri.

Sumpah Pemuda mengingatkan kita semua bahwa Indonesia ini adalah milik kita bersama, tidak peduli dari kalangan agama atau suku yang mana pun, atau dari kalangan aliran politik yang bagaimana pun. Sumpah Pemuda telah meng-ikrarkan bahwa kita adalah satu bangsa, satu tanah-air dan satu bahasa. Tetapi, Sumpah Pemuda hanya bisa betul-betul dihayati atau dipatuhi, kalau semua merasa mendapat perlakuan yang adil. Sumpah Pemuda hanya bisa betul-betul diakui atau ditaati secara bersama dengan sepenuh hati, kalau semua merasa dihargai setara. Adalah pengkhianatan terhadap Sumpah Pemuda, kalau ada golongan yang mau memaksakan secara sewenang-wenang faham keagamaannya atau aliran politiknya. Sumpah Pemuda mengingatkan kita semua, bahwa di Indonesia tidak boleh ada golongan yang merasa ditindas, dianak-tirikan, dikucilkan, atau diabaikan.

Dengan semangat dan jiwa asli Sumpah Pemuda yang dicetuskan dalam tahun 1928, kita perlu berusaha bersama-sama untuk menjadikan Indonesia yang berpenduduk 210 juta orang ini sebagai milik kita bersama. Indonesia adalah untuk semua golongan, yang merupakan berbagai komponen bangsa. Dengan mengibarkan panjji-panji Sumpah Pemuda, Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila kita perlu berjuang terus bersama-sama demi kepentingan seluruh rakyat, demi kesejahteraan dan kedamaian berbagai golongan suku, keturunan, agama, dan aliran politik.